AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH

Sejarah Desa Sememi

Mbah H. Achmad Ali adalah seorang waliyulloh yang sangat Special sewaktu kecil dia tidak mau untuk tidur didalam rumah, dia cenderung senang untuk tidur diteras depan rumahnya ketika ayahnya berkata "Kenapa engkau tidak mau tidur didalam rumah, apa rumah ayahmu ini jelek" beliau menjawab bahwasannya dia ingin menikmati alam semesta ini.
Ketika beliau berumur sekitar 9 tahun, beliau di suruh oleh orang tuanya untuk menuntut ilmu pada kanjeng sunan ampel, akan tetapi sunan ampel tidak serta merta menerima mabah ali untuk menjadi muridnya harus di test dulu. sunan ampel menguji mbah ali untuk mengambil kelapa "Tolong Ambilkan kelapa itu" mbah ali menjawab "baik, sunan" akan tetapi setelah sampai diatas mau memetik kelapa terdengan adzan dhuhur lalu mbah ali langsung turun ketika ditanya sunan ampel "mana kelapanya?" mbah ali menjawab"sudah adzan dhuhur sunan, waktunya sholat". sunan ampel menjawab"baik, Sholat dulu, nanti selesai sholat kamu ambilkan kembali kelapanya." mbah ali menjawab "baik sunan". setelah selesai sholat dhuhur sunan ampel tidak keluar-keluar sehingga hampir tiba waktu ashar, lalu mbah ali disuruh untuk mengambil kelapa tadi, akan tetapi waktu hendak memetik kelapa terdengar adzan ashar lalu mbah ali turun lagi ditanya oleh sunan ampel "mana kelapannya?" mbah ali mejawab "sudah adzan ashar sunan, waktunya sholat." sunan ampel bertanya lagi"kenapa tidak kamu ambil, saja?" mbah ali menjawab"waktu adzan saya diperintahkan oleh gusti Allah untuk sholat, sedangkan kelapa ini oleh sunan." mendengar jawaban itu sunan ampel menagis terharu karena begitu kuat keimanan mbah ali.
mengijak dewasa sekitar umur 25 tahunan mbah ali ditugaskan oleh sunan ampel untuk berdakwah di desa didaerah gresik. desa tersebut termasuk desa yang kekeringan, curah hujan sangat sedikit, orang-orang didesa tersebut sering menggunakan segala cara untuk meminta hujan. mbah ali bermunajah kepada Allah SWT agar diberi jawabah atas masalah-masalah tersebut, kemudian mbah ali diberi petunjuk untuk memberi nama desa tersebut menjadi SEMEMI yang berarti sembayanggo enggo manah ingkang ikhlas (Sholatlah dengan hati yang ikhlas). Wallahu a'lam bishowab.

Mbah Ali (Mbah H. Achmad Ali) dimakamkan di Sememi Kidul tersebut yang sekarang merupakan bagian dari kota Surabaya, yang tiap tahunnya di adakan Haul Agung pada pertengahan bulan Shofar.